April 02, 2011

Gudang Ilmu Itu Bernama Darul 'Ulum

Ini bukan ajang untukku membela diri, hanya sekedar ingin berbagi kepada Anda-Anda yang merupakan suatu persembahan bagiku. Semuanya pasti ada mulanya, dan pada akhir permulaan itu pasti juga akan ada yang namanya akhir.

Bermulanya cerita ini ketika aku telah lulus smp di smpn 1 cikarang utara, bukan suatu sekolah yang terkenal memang, dan lagipula jikalau itu terkenal pastilah hanya dikenal di tempatnya berdiri saja. 3 tahun sudah aku menjalani pendidikan formalku di sana, dan setelah 3 tahun itu akupun harus tetap melanjutkannya walaupun tidak di tempat itu. Jadi, 3 tahun ke depan, aku melanjutkan pendidikanku baik formal, nonformal dan lainnya di pondok pesantren. Bukan hal baru untuk bersekolah di pondok pesantren, sudah banyak teman-temanku yang menjalani sekolah sekaligus mondok. Akupun tahun ini harus menjalankan itu sesuai dengan apa yang abahku minta. Walaupun berat, tapi harus tetap aku jalani, karena aku yakin aku pasti bisa, toh lagipula aku sudah punya bekal waktu sd dan smp dulu saat berkemah pramuka. Namun sekarang ini adalah pengaplikasiannya di dunia luar, setiap hal yang sudah didapat toh mestinya memang harus dapat diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari untuk bekal bermasyarakat. Itu juga yang abahku ingin, ingin putranya bisa seimbang di bidang agama maupun umum. Entah apa aku bisa untuk mewujudkannya atau tidak.

Seharusnya aku sudah terbiasa hidup jauh dari orang tua, seharusnya aku juga mampu terbiasa hidup untuk mandiri. Tapi, benar apa kata pepatah bahwa setegar batu karang, pastilah akan lapuk juga (bener ga yaa pepatahnya???). Akupun seperti itu, walaupun dalam hati untuk yakin, tapi tak seperti apa yang akan di hadapi, semuanya malah berbalik 180 derajat. Aku jadi takut untuk menjalani hidupku di pondok pesantren. Aku takut membayangkan 3 tahun menjalani hidup tanpa orang tua, hanya berteman dengan kesunyian penjara suci saja.

Pondok pesantren darul ‘ulum jombang, namanya menggema, dikenal semua orang. Tapi menurutku, hanya terkenal di jombang saja mungkin atau bahkan bisa terkenal di sekitar jombang. Gerbangnya tidak begitu kelihatan, hanya bertuliskan ‘masuk bumi darul ‘ulum’ dan ‘keluar bumi darul ulum’. Saat masuk pertama kali, hanya ada pos satpam yang selalu dijaga ketat oleh petugas kamtib pondok, menelurusi ke dalamnya ada beberapa warung dan toko yang menjual barang-barang dan keperluan sehari-hari. Banyak asrama yang berdiri untuk menampung ratusan santri baru yang akan menjalani hidup dan menuntut ilmu di pondok pesantren. Asrama ardales, sebagai pengganti dari tempat berteduhku, bersama teman-teman yang belum aku kenal satu persatu, yang menurutku nasibnya sama sepretiku, harus menjalani hidup di pondok pesantren. Di bawah asuhan KH. Cholil Dahlan dan istrinya, kami semua di titipkan. Menjalani detailnya hidup dengan gaya baru, gaya islami.

Hari pertama di pondok pesantren, begitu sunyi dan sepi. Belum begitu banyak anak yang datang. Hanya ada segerombolan anak saja yang sedang membeli lemari dan membereskan semua barang bawaannya ke dalam lemarinya. Para orang tua yang mengantarkan putra-putrinya pun ikutan sibuk, karena harus membelikan ini itu untuk keperluan sehari-hari putra-putrinya. setelah selesai, aku benar-benar dilepas untuk dapat hidup mandiri bersama teman-teman. untuk awal hidup panjangku di pondok pesantren, aku merasakan takut, ini lingkungan baru bagiku. Apalagi ini di jombang, kalaupun aku kabur, aku ga tau harus kemana. Kesimpulan akhir bahwa aku harus benar-benar menjalani hidup baruku di pondok, walaupun aku merasa aku tidak begitu cocok. Sebenarnya aku tidak sendirian, aku bersama kedua temanku mendaftar tahun ini bersama-sama. Kita selalu bertiga sebelum kami benar-benar mengenal teman-teman kamar. Kegiatan awal pondok masih belum aktif, mungkin hanya ada beberapa acara kenal-kenalan. Hari pertamaku di pondok adalah haru bagiku untuk memakai sarung dan peci seharian penuh, kecuali beberapa aktivitas yang tidak memperbolehkan memakai sarung. Malam pertama, aku tiduk di masjid dekat dengan asramaku. Kamarku sudah begitu penuh, sehingga aku harus mengambil tidur di masjid. Dengan peralatan tidur seadanya, kitapun mengakhiri aktivitas kita di masjid. Ada bunyi-bunyian aneh yang aku dengar, mungkin diciptakan buat para santri yang masih rame dan belum juga tidur. Tanpa selimut dan satu bantal bertiga, ohh pengalaman pertama di pondok pesantren. Bangun jam 4 untuk siap-siap jamaah sholat shubuh dan dilanjutkan dengan aktivitas pagi lainnya.

Masa orientasi siswa baru 3 hari, tapi sebelumnya kita harus menjalani masa orientasi santri terlebih dahulu selama seminggu. Sebelumnya kita harus berkumpul dulu di lapangan utama darul ‘ulum untuk menerima beberapa sambutan dari para pimpinan pondok dan beberapa aturan mos. Aku di tempatkan di SMA DU1 di kelas yang paling kanan nomor 1, seingatku bahwa aku sekelas dengan aviq dan teman-teman alumni SMPN 3 lainnb ya. Ditest nulis arab pego dan membaca surat al fatihah, sebelumnya aku tidak mengerti apa itu tulisan arab pego. Aku tulis sebisaku saja. Lagi pula aku tidak begitu mengerti untuk apa hasilnya nanti. Hari pertama juga di isi dengan mengambil seragam baru untuk sekolah nanti. Dengan membawa kartu tanda bukti pembayaran, aku bisa mengambil seragamku. Seragamnya ada olah raga yang warnanya merah muda, seragam putih abu-abu, seragam PDH, seragam pramuka, seragam khumairo dan baju taqwa. Karena ukuranku yang begitu besar, sehingga aku harus menunggu beberapa hari untuk mengambilnya. Hari kedua kita harus ke lapangan utama darul ulum dengan seragam olah raga. Acaranya yaa olah raga bersama-sama dengan ustad-ustad juga, suatu pemandangan yang begitu romantis. Siang harinya, kita harus ke tempat awal yaitu SMA DU1, sebenarnya kita dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok untuk penentuan tempat orientasi santrinya. Test hari kedua masih sama dengan kemarin, hanya saja hari ini kita harus maju satu persatu untuk di test bacaan al fatihah kita, sebab bacaan al fatihah adalah bacaan penting yang selalu dipakai untuk mengawali semua. Setelah semua orientasi sudah dilalui, kini saatnya masa orientasi siswa baru untuk di unit sekolah masing-masing.

Aku masih ingat ketika kita semua disuruh berkumpul di sekolah untuk mendengarkan beberapa aturan yang harus diikuti dalam mos nanti. Untuk kali ini, aku, samsul dan aviq yang merupakan satu kamar asrama terlambat, alhasil kita dihukum push up dan berdiri di depan teman-teman semua. Beberapa aturan yang masih aku ingat sampai saat ini yaitu harus membawa lontong yang diameternya sekian dan panjangnya sekian (haduuuh, kok pake ukur-ukur segala sih). Semuanya dibagi dalam beberapa ambalat, seingatku kalo aku kebagian ambalat 4, seingatku juga kalo aku bareng sama luthfi. Pertemuan awal memberikan kesan bahwa SMA DU2 itu disiplin, banyak tugas dan pulang sore.

Kenanganku pertama kali bertemu dengan darul ‘ulum, kehidupan tidak selalu harus seperti itu, kita bisa mewarnai kehidupan itu seperti ini. Gudang ilmu itu bernama Darul ‘Ulum. Untuk guru-guruku yang selalu sabar mengajar dan mendidik kami, untuk orang tuaku yang memasukanku ke pondok pesantren, terima kasiiih.

*alumni santri 2010 (bukan mantan santri, T.T), ditulis dengan sedikit penyesuaian.
Alumni adalah bagian dari Darul Ulum juga, mari turut menjaga apa yang ada. (dukutip dari homepage www.darululum.net
Letakan sisa artikel sebelum dan sesudah kode

2 comments:

Unknown mengatakan...

knp nama w g disebut :( #sedih

Unknown mengatakan...

huaa, ya maap atuh.
hehee, ada yg komen euy.
#senenggaketulungan

Posting Komentar

 
;