Oktober 02, 2011

jalan2 beli bebek sinjay



16 mei 2011, saat temen2 semua pada pulang kampung dan aku masih saja tetap setia, tetap di sini, di Surabaya. Kegiatan, sungguh banyak sekali yang ingin aku lakukan di hari libur ini, tidak sekedar diam di rumah, duduk manis di depan televisi. Untung saja ada temenku yang bisa meminjamkan sepeda motornya aku pake selama liburan ini, jadi aku bisa merealisasikan keinginanku untuk sekedar keliling2 kota.

Agenda hari ini sebenarnya mengantarkan Mas Muslih untuk mengantarkan proposal PIMFI ke Jawa Pos di Graha Pena. Berhubung proposal yang akan diantarkan belum selesai, jadi kita mengalihkan rencana kita untuk pergi ke Hi Tech mMll untuk membeli cool pad dan earphone. Keliling2 Hi Tech untuk mencari barang dan harga yang pas, tawar ini tawar itu, lihat ini lihat itu, dan akhirnya di putuskan untuk membeli cool pad dengan harga 30rb, sedangkan earphonenya belom bisa dibeli untuk saat ini. Setelah membeli, kita pergi ke lantai dasar untuk makan di foodcourtnya. Pilih menu pempek, pilih pempek tahu sama pempek otak2, totalnya 10rb. Untung aja makan ini di bayarin sama Mas Muslih, makasih . Abis makan, aku beli cemilan (aku lupa namanya), harga nya 1500. Selesai makan, kita ada rencana buat ke Bangkalan buat beli bebek sinjay yang terkenal itu. Berbekal dengan lokasi yang diketahui lewat googling, kita berangkat dengan modal nekad dan tekad. Pokoknya kita bisa ngerasain walaupun antriannya berjibun.

Berangkat, tapi ga tau arah tujuan. Untung aja sebelum rencana, aku pernah tanya ke temenku yang rumahnya di daerah kenjeran, jadi aku bisa sedikit tau arah menuju jembatan Suramadu. Akhirnya benar2 berangkat dengan harapan masih ada bebeknya. Ini pengalaman pertamaku ke luar kota sendiri dan pake kendaraannya juga sendiri, jadi bertanggung jawab sama diri sendiri. Bayar tol Suramadu 3rb, masuk tolnya. Senyum2 sendiri, ga nyangka bisa sendirian lewatin Suramadu. Liat2 sekeliling cuman laut doang, pengen turun trus foto2 tapi ga bisa deh kayaknya. Keluar tol Suramadu dan akhirnya bener2 ada di tanah Madura, di tanah terakhir yang aku injak pas liburan semesteran kemaren.

Nyampe di tanah Madura, tanah pulau garam. Madura terkenal dengan penghasilan garamnya, begitu yang aku dengar. Tapi untuk akhir2 ini, aku jarang sekali melihat pemandangan2 penduduk yang sedang bertani garam. Jalan yang harus ditempuh menuju tempat tujuan, yaitu warung bebek sinjay. Terdengar menggelitik, kenapa harus diberi nama sinjay, kayak nama orang2 India aja. Sembari Mas Muslih mencari tau lokasi melalui google, aku menikmati suasana Madura yang sudah lama aku tinggalkan. Berhubung hari itu adalah hari kelulusan buat anak2 SMA, jadi banyak sekali pawai2 anak SMA yang merayakan kelulusan mereka. Sesaat menjadikan suasana jalan yang hening menjadi lebih ramai bahkan terkesan ricuh, bahkan aparat kepolisian banyak yang beroperasi untuk menertibkan konvoi. Bagiku, itu sesuatu yang wajar, jika memang mereka melakukannya dengan cara yang sewajar2nya. Tidak ada salahnya memang jika kita merayakan sesuatu hal yang menurut kita adalah begitu sakral (kelulusan menurutku sakral dan hanya terjadi beberapa tahun dalam hidup kita). Cuaca hampir tidak bisa ditebak, kadang2 hujan walaupun hari begitu panas, yaa begitulah Indonesia, negaraku yang kucintai. Hujan rintik2 menambah semangat perjalanan menuju tempat, ga tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Keluar dari rangkaian jalan tol yang begitu panjang, aku membelok kearah kiri. Ahh, aku seperti ingat masa lalu, ketika aku bareng sama abah, ummi, adek2ku untuk bepergian entah itu untuk berbelanja atau apalah di tanah Madura. Aku masih begitu ingat detail2 jalan yang kulalui. Ada yang jualan helm, kuburan di tepi jalan, jualan semangka, sungguh aku rindu bepergian dengan keluargaku. Sampe di suatu kerumunan jalan, aku melihat spanduk bertuliskan warung nasi bebek sinjay. Akhirnya kita bisa sampe di tempat tujuan. Begitu ramai kesan yang aku tangkap pertama kali, tidak begitu nyaman untuk segi tempat, tapi kebersamaan yang menyatukan kita semua dalam satu tempat. Ada view dibaliknya, ada pemandangan sawah hijau bak permadani lebar. Masih saja bertuliskan, maaf sudah habis, tetapi sebenernya masih ada. Jadi, Mas Muslih mencoba untuk memesan menu bebek sinjay itu. Aku mencari tempat untuk kita makan. Antrian memesan sudah selesai, tinggal menunggu hasil pesanan untuk diantarkan. Walaupun menunggu lama, tapi makanan yang dihidangkan begitu enak dan menggoda. Setelah puas, kita mencari tempat untuk sholat, dan akhirnya kita kembali ke tanah pahlawan.

Kita punya rencana kedua untuk jalan, yaitu pergi ke Pantai Ria Kenjeran. Berangkat menuju tempat, dan mencari hingga hasilnya nihil dan kita tidak bisa menemukan keberadaan pantainya. Jadi kita pergi ke Kenpark (Kenjeran Park, red), bayar 5ribu untuk motor dan 2 penumpang. Tujuan awal foto2 di Kuil Langit, lalu menuju tempat lainnya. Foto2 sesuka hati, sejenak melupakan tugas2 yang menumpuk. Parkir di satu tempat, sedangkan untuk ke tempat lain itu kita harus jalan kaki dan jarak antara satu tempat ke tempat lain itu sungguh sangat jauh. Melewati banyak sekali pedagang yang sedang menjajakan dagangannya di sepanjang jalan kita menuju tempat foto kedua, yaitu Patung Budha. Ada hutan bakau yang agak tidak terurus dan kotor. Sampai di Patung Budha, kita pun berfoto2 secara bergantian, setelah itu kita menuju Klenteng, ga kepikiran juga sih kalo mau masuk Klenteng ini, soalnya kayaknya sedang ada orang ibadah. Mungkin hanya sekedar masuk dan menumpang berfoto2 saja, wkwk. Setelah itu, kita menuju masjid untuk menunaikan sholat. Tetapi berhubung masjidnya sangat jauh, kita balik ke tempat parkiran untuk mengambil motor. Jarak jauh lagi yang harus kita lewati, fiuhh. Menuju masjid dan lalu pulang.

Untuk temanku yang rela meminjamkan motornya untuk aku pake, sungguh terima kasih sekali :)

0 comments:

Posting Komentar

 
;