November 11, 2016 0 comments

Sebuah tanggung jawab

Udah masuk musim hujan aja ya.. Musim yang paling enak buat nge'bawa perasaan' (cikiciiw). Ngomong2 tentang hujan dan baper, memang hubungannya seperti apa sih? Ataukah sedang ada masalah atau baik2 saja?

Baiklah, ini penjelasan yang aku kutip dari tulisan seseorang di kompasiana.com. Let's start the story.
"Ketika hujan dan cuaca menjadi mendung, apalagi jika berada di dalam ruangan, tubuh terutama mata akan menerima cahaya jauh lebih sedikit dibandingkan ketika cuaca cerah. Sedikitnya cahaya yang masuk ke mata akan diterima sebagai sinyal oleh otak dan melewati bagian otak yang disebut Hipothalamus. Bagian ini bertanggung jawab mengontrol beberapa proses seperti tidur dan mood. Ketika mencapai hipothalamus, sinyal akan diteruskan ke Glandula pineal yang dalam kondisi kurang cahaya seperti hujan dan mendung akan memproduksi banyak hormon Melatonin. Melatonin inilah yang mendorong seseorang menjadi lebih mudah mengantuk dan melamun. Di sisi lain ketika hujan turun dan langit menjadi lebih gelap, kulit manusia mendapatkan lebih sedikit cahaya matahari menyebabkan vitamin D di dalam tubuh menjadi sedikit. Rendahnya level vitamin D ternyata mempengaruhi level Serotonin di dalam otak. Serotonin adalah protein pembawa sinyal (neurotransmitter) yang bertugas meneruskan sinyal dari sel syaraf ke sel target. Selain bertanggung jawab pada pengaturan mood, Serotonin juga memegang peranan dalam proses mengingat. Ketika hujan, mendung dan lingkungan sekitar menjadi lebih gelap, Serotonin dapat mengalami penurunan level sehingga mood akan berubah dan orang akan cenderung melamun dan akhirnya mellow. Perubahan biologis yang mempengaruhi mood tersebut menjadi lebih rentan karena secara psikologis dalam kondisi melamun atau mengantuk, alam bawah sadar manusia cenderung memanggil banyak memori termasuk ingatan-ingatan lama seperti ingatan tentang masa kecil, orang tua juga tentang mantan". Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/wardhanahendra/hujan-dan-penjelasan-ilmiah-untuk-galau_5529b9316ea834a76f552cfe

Eiittss..eittss.. jadi kelamaan bahas hujan dan baper (secara sekarang lagi musim hujan dan cenderung enak buat mbaper yaa). Kelamaan kena hujan bikin ikutan baper juga nih, jadi pengen cerita.

Sebuah tanggung jawab. Baru pertama kali mengenal dunia farmasi yang sesungguhnya selepas dari masa pendidikan. Apakah di bangku kuliah kita bisa dapet semuanya secara lengkap tentang bagaimana farmasi itu? tidak. Kita harus melengkapinya sendiri2 sesuai passion kita. Saat ini aku memulainya di bagian validasi sebuah perusahaan farmasi multinasional. Tidak mudah tentunya untuk memulai, karena merupakan hal baru. Tapi hal baru ini bukan menjadi penghalang, justru menjadi generator kita untuk menghasilkan karya yang sebenernya kita mampu wujudkan.

November 06, 2016 0 comments

Postingan setelah lama tidak update :P

Karena udah lama nggak nulis lagi, jadi bingung mau nulis dan memulai kata nih. Emang yaa setiap hal harus dilakukan dengan konsisten, hmm (iya iyaa). Padahal aktivitas sehari-hari nggak padet-padet amat. Tapi emang udah bawaan males kali yaa haha.

Update kesibukan selama setahun terakhir J

Nggak sibuk-sibuk amat sih sebenernya, baru 1 tahun mengemban amanat menjadi farmasis di industri. Gimana sih peran apoteker di industri? Kan kebanyakan kita ketahui kalo apoteker adalah seorang profesional dibidang obat-obatan. Fungsi obat-obatan disini tidak hanya pada bagian apotek/ rumah sakit saja yang notabene merupakan bagian hilir dari proses distribusi obat itu sendiri. Nah pada kesempatan pertama aku ini, diberikan amanat untuk mengawal kualitas obat mulai dari hulu nya, mulai dari pembuatan obat di sebuah industri farmasi. Sesuai permenkes yang mengatur mengenai peran apoteker di industri bahwa seorang apoteker mutlak diperlukan di bagian produksi, pengawasan dan pemastian mutu. Sehingga, seorang apoteker tidak akan jauh-jauh dari aspek tersebut. Namun, tidak hanya dibatasi pada bagian itu tadi, seorang apoteker juga dituntut mampu menguasai bidang lainnya yang masih berhubungan dengan obat. Contohnya, harus mengerti bagaimana proses pemesanan bahan baku ataupun bahan kemas yang akan digunakan untuk produksi, untuk itu ada seorang apoteker yang ditempatkan di bagian purchasing, logistik atau ppic dengan tujuan itu tadi, untuk menjamin bahwa bahan baku atau bahan kemas yang akan digunakan sudah memenuhi semua aspek mulai dari identifikasi, impurity hingga stabilitasnya terkait kondisi penyimpanan dan handlingnya. Sama seperti posisi lainnya yang membutuhkan apoteker sebagai pengawal kualitas obat yang akan diproduksi hingga dirilis ke pasaran.

Aku sendiri ditempatkan di bagian pemastian mutu subbagian validasi khususnya di kualifikasi (dan kalibrasi di 1 tahun terakhir) sebagai validation specialist. Di awal masuk, aku sempet ngerasain bagian kalibrasi dimana bagian ini sama crowded nya dengan produksi. Sama halnya dengan mengatur planning harian yang dibreak down dari jadwal bulanan, kemudian dieksekusi, pengolahan data hingga reporting dan labeling. Ada lagi kalibrasi eksternal yang mengharuskan kita menghubungi supplier untuk proses kalibrasinya, karena keterbatasan kalibrator. Ada lagi kalo misalnya measuring device yang dikalibrasi dengan hasil tidak masuk spesifikasi, disini tidak akan mulus jalannya dibanding alat yang tidak ‘rewel’ (ya iyalah !). Tidak menutup kemungkinan juga bisa dikeluarkan surat sakti yang bisa bikin tim produksi mandek a.k.a label ‘do not use’ alias alat nggak boleh dipake. 13 bulan berada di tim kalibrasi (udah 1 cycle tahunan jadi bagian kalibrasi cuuyy) sedikit banyak sudah mengerti dan paham intisari dari kalibrasi, bahwasannya suatu alat yang kita percaya untuk digunakan sebagai pembacaan harus sudah terkalibrasi sebagai dasar kita mempercayainya (ceileehh). Jadi, aspek kalibrasi dalam industri farmasi sama pentingnya dengan jam makan siang yaa (piss becanda) sama pentingnya dengan hal lainnya yang berhubungan dengan kualitas. Sebab, kita harus membangun kualitas tidak hanya pada saat berlangsungnya produksi, melainkan mulai dari awal proses (hal ini terkait dengan bahan awal dan kemas, dan semua proses sebelum selama dan sesudah produksi).

Selain sudah mencicipi kalibrasi, aku juga diberikan kesempatan untuk merasakan bagian kualifikasi mesin. Di bagian ini lebih menantang pengetahuan kita karena kita dituntut untuk lebih mengerti alat/ mesin yang akan kita kualifikasi (secara kan kita eksekutornya, maka mutlak mengerti). Pengetahuan ttg alat/ mesin itu bisa saja berasal dari manual book alat tersebut, sharing pengetahuan dari tim produksi baik spv maupun operator yang sudah biasa menangani alat tersebut, dan yang pasti adalah tim teknik mengenai seluk beluk terkait sambungan koneksi atau teknis alat tsb. Samahal nya dengan kalibrasi, kualifikasi juga mempunyai jadwal tahunan yang kemudian dibreak down menjadi per alat apakah termasuk rekualifikasi tahunan atau initial qualification yang kemudian akan diamanatkan (bukan dibebankan yaa) kepada 1 orang untuk dilakukan pembuatan protokol kualifikasi, eksekusi hingga akhirnya pembuatan report dan approval. Aku juga banyak belajar ke teman-teman lain dengan cara ikut bantu eksekusi kualifikasinya, apalagi kalo kita emang belum pernah ‘pegang’ alat itu.

Bagian lain dari validasi yang belum aku coba yaitu validasi proses, media fill, cleaning validasi, study validasi dan validasi gowning. Tapi setidaknya aku sudah pernah ambil bagian dalam eksekusinya, nantinya kita akan ingat sendiri bagaimana inti dari kegiatan tsb J.

1 tahun terbilang merupakan waktu yang masih sangat jauh dari kata cukup untuk mengenal sebuah hal, tentunya aku masih belajar tentang bidang yang sekarang aku emban. Belajar di sana sini masih diperlukan untuk melengkapi rongga-rongga ketidaktahuan yang masih bolong. So, don’t stop your curiosity ~.
 
;