![]() |
Bromo dari atas penanjakan I |
Libur di hari
kamis jumat ditambah bonus di hari sabtu minggu, kami sebagai mahasiswa harus
bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin. Tercetus ide dari salah seorang teman
untuk berkunjung ke Bromo. Mendengar ide perjalanan ke Bromo itu, aku sebagai
salah satu orang yang belum pernah ke Bromo, tergerak hatinya untuk ikut dalam
rombongan. Rencana berangkat dari Surabaya hari Jumat jam 3 abis ashar kumpul
di kontrakan Kiki. Persiapanku untuk ke Bromo bisa dibilang lengkap, hanya saja
kurang masker dan kaos kaki (ini mah namanya nggak lengkap atuh!).
Berangkat jam
4an dari Surabaya, nyampe di Bangil buat sholat maghrib dan isya. Trus lanjut
perjalanan lagi untuk menuju Bromo. Sebelumnya aku udah pernah ngelewatin
jalanan menuju Probolinggo ini, sebab keluargaku pernah ke Lumajang untuk
silaturahim. Hanya saja tidak melewati jalanan menuju bromo, melainkan hanya
lihat papan jalan menuju Bromo. Katanya perjalanan menuju Bromo masih kurang 4
jam lagi. Padahal aku kira bisa nyampe di Bromo sekitar jam 7an, haha. Perjalanan
dilanjutkan dengan rombongan 4 motor melawan kerasnya jalanan pasuruan dan
sekitarnya di malam hari demi sampai ke tempat tujuan. Dengan berjalan
beriringan, agak bahaya juga soalnya banyak mobil besar yang melintas juga. Dan
akhirnya nyampe juga di depan pertigaan menuju Bromo. Jalan menuju Bromo masih
panjang dan bermula dari pertigaan jalan ini.
Temen-teman
sepakat kalo kita langsung berangkat naik, tapi sebelumnya kita ngisi bensin
karena jarak yang ditempuh masih jauh sebelum sampe ke Bromo. Perjalanan agak
sepi sebab sepertinya penduduk sudah tidak beraktivitas lagi di malam hari,
hanya ada beberapa motor atau mobil yang menyusul kami. Selebihnya hanya sepi
dan dingin yang menusuk menemani kami bersembilan. Sesampainya di POM bensin,
kamipun beristirahat sembari mengisi bensin. Banyak yang berjualan
perlengkapan, seperti kupluk, kaos kaki, sarung tangan, masker dll. Karena
emang nggak bawa kaos kaki, aku pun terpaksa buat beli. Istirahat di musholla
POM bensin, bertemu dengan orang-orang yang ingin ke Bromo juga. Kami
memutuskan untuk istirahat sampai jam 10, kemudian dilanjutkan dengan
perjalanan menuju Bromonya. Kami berangkat dengan 4 rombongan motor dan
ketambahan 1 motor dari pengunjung lain. Perjalanan yang ditempuh lumayan
panjang, berkelok dan ditambah perjalanan yang sepi dan dingin. Keadaan jalan
yang gelap, hanya diterangi oleh lampu motor. Kami saling member aba-aba ketika
membelok, sebab disamping kanan dan kiri jalan adalah lereng gunung. Kira-kira
kami sampai di atas sekitar jam 12an. Sembari menunggu pagi, kami membeli kopi
untuk meminimalkan dingin yang berlebihan, tapi panasnya kopi saja tidak bisa
menghangatkan. Bakso pun kami makan agar tubuh menjadi hangat (kebanyakan
makan, haha).
Rencana kami
ke puncak Bromo menyewa mobil Jeep bersembilan, tapi kapasitas mobil hanya
bertujuh. Walaupun dengan negosiasi apapun, tetap kami tidak bisa mendapat
sewa. Akhirnya kami pergi ke puncak menggunakan motor masing-masing, tapi
karena motor mbak Dwi yang sedikit bermasalah, ada yang terpaksa ngojek, haha. Musholla
yang dulu katanya ada tempat untuk wudhunya, saat itu sedang tidak bisa
digunakan sehingga kami wudhu di toilet. Saat temen-temen sedang toilet, aku
sempat melihat pemandangan langit yang aku rasa sangat dekat. Banyak gugusan
bintang, ada yang bersinar terang, ada yang besar dan ada yang bergerak-gerak,
subhanalloh J. Takjub sekali
dengan pemandangan alamMu, Tuhan. Banyak sekali kebesaranNya yang dapat kita
lihat dan rasakan. Perjalanan alam memang selalu mengajarkan kami tentang kebesaranNya.
Perjalanan
menuju puncak pun kami mulai, bersama dengan orang-orang yang bertujuan sama,
kami semua menuju satu tempat. Sesampainya di tempat tujuan, kami pun saling
foto. Pemandangan matahari terbit dari puncak memang selalu menakjubkan, bahkan
ditambah kabut yang masih menyelimuti puncak bukit Bromo. Semua terasa sangat
pas dengan komposisinya, bahkan saling bekerja sinergis membuat kami
terkagum-kagum. Setelah melihat matahari terbit, kami menuju kawah Bromo yang
katanya masih aktif. Jalanan yang menurun mendominasi perjalanan kami, setelah
turunan itu kami harus melewati padang pasir yang kalo dilewatin mobil atau
motor bisa bikin debu yang kayak di Bollywood (it’s really something). Sampai
di depan, kami harus menanggalkan motor kami, dengan kata lain kami harus
berjalan kaki menuju kawah L. Perjalanan 1000 langkah, dimulai dengan 1 langkah, tapi bagian yang
tersulit adalah permulaan. Bersama-sama kami melangkah menuju kawah Bromo demi
melihat kawah yang masih aktif itu. Semua perjalanan memang terasa berat di
awal, tapi akan terasa indah diakhir sebagai hasil dari semua jerih payah yang
seudah dilakukan.
Setelah puas
dengan semua pemandangan alam, kami kembali menuju Surabaya. Semoga Bromo kami
selalu dirawat dan asri. Jadilah bagian alam yang selalu memberikan manfaat
disekitarnya.
0 comments:
Posting Komentar