September 01, 2015 0 comments

Refleksi : Belajar

Belajar adalah salah satu proses yang harus saya lalui dalam menempuh pendidikan saya saat ini. Seharusnya saya sudah belajar selama 5 semester saat ini, tetapi metode belajar saya yang dahulu membuat ‘belajar’ saya menjadi kurang maksimal. Sistem kebut semalam selalu menjadi andalan saat menjelang ujian, sehingga hasil yang didapatpun menjadi kurang maksimal.

Sampai semester 4, saya mengubah metode belajar dengan tujuan agar hasil belajar saya lebih memuaskan. Salah satu caranya yaitu mencetak hand out mata kuliah semalam sebelum kuliah agar saya dapat mencatat point penting yang disampaikan oleh dosen, dengan tujuan agar bisa lebih mengerti mata kuliah tersebut. Selain itu, bahan belajar yang membutuhkan perlakuan khusus, misalnya menghapal taksonomi tumbuhan, saya mencetaknya kemudian menempelkannya ke dinding agar bisa dilihat dan dibaca terus sehingga akan mudah untuk mengingatnya. Dengan metode belajar baru ini, saya bisa lebih paham dan mengerti tentang mata kuliah yang saya dapatkan saat perkuliahan dan dampak akhirnya bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Dengan saya mengubah metode belajar lama saya yang kebut semalam dengan metode belajar yang baru saya terapkan akhir-akhir ini, membuat banyak perubahan dalam kehidupan perkuliahan saya. Berkat bantuan dari teman-teman dan sarana yang menunjang, akhirnya saya dapat meraih tujuan saya di akhir semester, yaitu bisa mendapatkan beberapa nilai yang memuaskan.
0 comments

Saya Adalah Seorang Ahli Farmasi

Dalam mempersiapkan ujian akhir semester ini, aku menyempatkan diri untuk sekedar meminjam buku di perpustakaan kampus B. Aku meminjam 2 buku, masing-masing yaitu buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi dan buku Teori dan Praktek Farmasi Industri. Kedua buku itu mungkin terlalu ‘industri’, karena buku itu memang textbook dari mata kuliah Farmasetika Sediaan Solida dan Likuida. Dalam buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi karangan Howard C. Ansel, aku menemukan sedikit kata mengenai farmasis. Mengutip dari tulisan Ansel tentang seorang ahli farmasi dengan judul yang sama, berikut kutipannya:


Saya adalah seorang ahli dalam obat-obatan
Saya menyediakan obat dan sediaan farmasi bagi yang membutuhkannya.
Saya membuat dan menyusun bentuk sediaan khusus.
Saya mengawasi penyimpanan dan pengawetan dari semua obat yang di bawah pengawasanku.

Saya adalah seorang penjaga informasi obat
Perpustakaanku siap sebagai sumber pengetahuan tentang obat.
Arsipku berisi ribuan nama obat khusus dan puluhan ribu fakta tentang obat.
Catatanku mencakup sejarah kesehatan dan pengobatan dari semua keluarga.
Catatan dan pertemuan-pertemuanku melaporkan kemajuan ilmu farmasi dari seluruh dunia.

Saya adalah seorang teman bagi seorang dokter
Saya adalah seorang rekan dalam kasus tiap pasien yang mendapatkan segala macam pengobatan.
Saya adalah seorang penasihat tentang kegunaan berbagai bahan obat.
Saya adalah seorang penghubung antara dokter dan pasien serta pemeriksa terakhir keamanan obat.

Saya adalah penasihat bagi pasien
Saya bantu pasien untuk mengerti pemakaian yang benar dari obat yang diberikan melalui resep.
Saya bantu pasien dalam memilih obat yang tanpa resep atau dalam menentukan untuk konsultasi ke dokter.
Saya menasihati pasien dalam hal-hal potensi obat dan pengembangan dan penyimpanannya.

Saya adalah seorang pengayom ilmu kesehatan masyarakat
Farmasiku adalah pusat untuk informasi perawatan kesehatan.
Saya mendukung dan meningkatkan praktek kesehatan seseorang yang benar.
Pelayananku bisa didapat untuk siapa saja dan kapan saja.

Inilah semboyanku, inilah kebanggaanku

Dari tulisan tersebut, terlihat seorang farmasis mampu membantu orang-orang disekitarnya dengan bekal keilmuannya dan memiliki lingkup yang begitu luas baik dalam hal pekerjaan dan jaringan. Salah satu alasan dan sekaligus mimpi bagiku untuk belajar ilmu farmasi adalah mampu bermanfaat bagi orang disekitar dan mampu mengemban amanat kerja dari sebuah perusahaan farmasi. Mimpi-mimpi selanjutnya akan aku bangun dan rancang setelah aku merealisasikan kedua mimpiku tersebut.

Menjadi bagian di suatu perusahaan farmasi merupakan amanat besar untuk diemban, keinginanku bisa ikut ambil alih di bagian Quality Control perusahaan farmasi di bidang obat-obatan. Selain itu memiliki suatu apotek dengan aku sebagai apotekernya merupakan salah satu efek samping dari pembelajaran farmasi yang aku dapatkan. Selain memberikan sarana terapi untuk pasien, aku juga mampu memberikan beberapa informasi tentang obat tersebut dan menjamin dari obat yang aku berikan. Sampai saat ini, aku masih ingin mencoba semua lingkup bidang ilmu farmasi dan aku merasa tidak ada yang tidak cocok denganku karena aku belum mengenal dengan dunia yang akan aku hadapi dikemudian hari.
0 comments

Apakah Harga Obat Harus Mahal?

26 Agustus 2010 – Pawahid – 051011047 – 15 Antipsikotika

Sekolah di perguruan tinggi negeri dengan program studi farmasi, menjanjikan kita akan menjadi sebagai apoteker di masa depan. Mungkin itu yang ada di sekelebat pemikiran orang-orang. Anggap saja itu merupakan jaminan diawalnya, dan bahkan mungkin itupun akan bergeser seiring dengan tergerusnya waktu kita belajar di fakultas farmasi maupun prodi farmasi di setiap universitas yang menawarkan fakultas/prodi farmasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

5 tahun lagi, mungkin kita sudah bisa memegang predikat sebagai apoteker. Dalam setiap kegiatan kefarmasiannya, seorang apoteker dituntut untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Ada pertanyaan, apakah harga obat harus mahal? Pertanyaan ini bisa dilihat dari berbagai sisi sudut pandang. Pasti ada pro dan kontra yang selalu menghiasi pertanyaan tersebut.

Kebanyakan orang jika ditanya dengan pertanyaan tersebut, mungkin akan menjawab dengan jawaban yang intinya mereka mau obat dengan harga yang murah. Dari sudut pertama, yaitu kontra. Harga obat tidak mesti hadir dengan harga mahal. Sebabnya, mayoritas penduduk Indonesia yaitu berpendapatan dengan kategori menengah ke bawah, seharusnya kita tidak perlu membebani penderitaannya lagi. Dalam hal ini sudah ada obat generic yang hargany bisa dibilang murah. Itu memang hak dari setiap warga Negara Indonesia untuk mendapatkan obat generic, lebih khusus untuk warga Indonesia yang berpendapatan menengah ke bawah bahkan minim pendapatan. Apabila mereka sakit, mereka juga bisa mendaftar di askes agar mereka mempunyai jaminan kesehatan. Mereka berhak meminta dan mendapat obat generic. Sebagai perbaikan mutu kesehatan, pemerintah berhak melakukan program-program yang tidak menyusahkan semua pihak termasuk rakyat kecil. Rakyat kecil yang sakit ataupun ingin memeriksa kondisi tubuhnya, bisa mendapatkan potongan harga sesuai dengan kondisi ekonomi yang ia alami. Dengan adanya harga obat yang bisa dibilang harganya murah, dengan mudah rakyat yang membutuhkan dengan cepat mendapatkannya.

Berbagai hal positif  dan negatif mungkin akan muncul seiring dengan berputarnya zaman ini. Berbeda dengan kontra, mungkin sudut pandang yang pro dengan pertanyaan tersebut adalah pelaku kesehatan. Sebagai refleksi contoh yang ada dan berhubungan dengan pernyataan tentang yang pro terhadap pertanyaan tersebut yaitu ada seorang pasien yang menjalani pengobatan di instansi swasta. Orang tersebut, kita anggap menderita penyakit yang berbahaya yang mungkin tidak bisa disembuhkan hanya dengan sekali tahap, butuh beberapa tahapan tindakan medis untuk menyembuhkan orang tersebut. Mungkin perlu juga dengan treatment-treatment yang harus dijalani agar penyakitnya tersebut sembuh total. Dalam contoh di atas, bisa kita tarik beberapa kesimpulan yaitu beberapa orang butuh pelayanan kesehatan ekstra untuk menunjang kesembuhannya.

Jika ditarik benang merah tersebut, yaitu strata di kehidupan social, jenis penyakit yang membuat dia berbeda dengan orang lain. Sisi pro yang berkaitan dengan pertanyaan awal yaitu obat dengan harga mahal. Jika dicari suatu alas an mengapa harga obat mahal, yaitu bahan dasar yang dipakai untuk membuat obat tersebut serta lama pengerjaan dan macam penyakit yang diderita.

Wajar jika obat diberi harga mahal apabila keberadaannya dibutuhkan. Kebanyakan orang yang membutuhkan obat yang ‘mahal’ yaitu orang-orang yang memang pendapatannya tegolong menengah ke atas. Demi kesehatan mereka bisa saja melakukan suatu apapun untuk mencapai keinginannya.

Dalam hal ini obat bisa menjadi sangat mahal, karena biaya produksi, bahan dasar dan obat apakah itu, semua itu dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang mengikutinya. Hanya saja mungkin bisa lebih dikontrol dan dikurangi untuk beberapa tujuan. Mungkin karena itulah harga obat bisa melambung tinggi. Mungkin juga bisa dianggap wajar oleh beberapa segelintir orang. Tergantung kita melihat dari sisi mana kita melihatnya. Semua pasti aka nada nilai min dan max pada berbagai konsumen pengguna.


Agustus 06, 2015 0 comments

Aku Cinta Farmasi

23 Agustus 2010 – Pawahid – 051011047 – 15 Antipsikotika

Aku cinta farmasi, mungkin begitu menurut sebagian besar mahasiswa fakultas farmasi universitas airlangga berseru. Begitupun dengan saya yang bangga dengan salah satu disiplin ilmu yang salah satunya menjadi pamungkas dari universitas airlangga Surabaya ini. Dalam benak saya, farmasi muncul sebagai disiplin ilmu yang sangat special.

Awalnya saya mencintai farmasi bermulai dari sekolah menengah atas saya di Jombang. Runtutan saya mencintai farmasi, sebab saya sangat senang sekali mempelajari pelajaran bidang studi kimia, sebab saya menyenangi pelajaran kimia yaitu beliau yang mengajarkan kami semua pelajaran kimia merupakan sosok wanita (bu guru) yang tegas, tegar, baik hati, namun beliau masih bisa tetap memperlakukan kami semua sebagai anak-anaknya. Saya mulai menyenangi pelajaran kimia sejak duduk di bangku kelas sepuluh di jenjang sekolah menengah atas. Saya bertambah antusias dan harus bisa mempertunjukkan hasil yang paling baik diantara paling baik, sebab beliau yang mengajar pelajaran kimia merupakan wali kelas di kelas saya. Mulai saat itu saya menyenangi dan menyukai pelajaran kimia.

Hubungannya farmasi dengan pelajaran yang saya sukai yaitu menurut saya disiplin ilmu farmasi tidak akan jauh-jauh dengan sesuatu yang berbaukimia. Sampai akhir dari masa studi saya di sekolah menengah atas tersebut, saya memilih masa depan saya dengan sesuatu yang erat kaitannya dengan kimia. Salah satunya yaitu farmasi dan teknik kimia. Saya kira juga bahwa farmasi sebagai salah satu disiplin ilmu baru yang berorientasi kerja. Semua penerimaan baru mahasiswa, selalu saya mengisi pilihan saya dengan pilihan farmasi atau pilihan teknik kimia. Awalnya saya mengikuti program beasiswa santri berprestasi ini hanya boleh diikuti oleh setiap orang yang memiliki pangkat atau sebutan santri, untuk hal itu kita memang diharuskan berasal dari pondok pesantren se-Indonesia.

Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mengikuti serangkaian program beasiswa santri berprestasi tersebut, sudah banyak perguruan tinggi negeri yang bekerja sama dengan kementrian agama Republik Indonesia untuk memberikan gambaran positif bahwa anak pondokan masih ada yang bisa melanjutkan pendidikan setelah sekolah menengah atas ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu perguruan tinggi.
Tahun 2010 ini, kementrian agama telah bekerja dengan 14 perguruan tinggi di Indonesia. jadi, bagi kami yang ingin mengikuti program beasiswa santri berprestasi, kami bisa memilih berbagai program studi yang ditawarkan oleh 14 perguruan tinggi tersebut. Seperti pendidikan dokter, farmasi, teknik, statistika, dll.

Dalam hal ini saya kebingungan hendak memilih perguruan tinggi mana yang harus saya ambil, pada saat itu hanya ada beberapa pilihan yaitu farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau farmasi unair Surabaya. Saya memilih farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena rumah saya yang letaknya bisa dikatakan lebih dekat dibandingkan 14 perguruan tinggi lainnya. Sedangkan farmasi universitas airlangga karena program studi farmasi memiliki predikat sangat bak ada di universitas airlangga. Setelah melalui berbagai pemikiran dan istikharah meminta petunjuk terhadap Allah, maka dengan hati yang bulat saya memilih program studi farmasi yang ditawarkan oleh universitas airlangga.

Pelaksanaan tes program beasiswa santri berprestasi itu hampir di depan mata, budaya kami di pondok pesantren apabila akan ada suatu tes-tes, pastilah mereka meminta maaf dan meminta doa ke sanak-sanak, teman dan guru-guru, serta mereka lebih sering datang ke makan hanya sekedar tuk meminta barokah terhadap beliau-beliau sesepuh pendiri pondok pesantren.

Pengumuman keluar, alhamdulillah saya diterima di program studi farmasi universitas airlangga. Akhirnya cita-cita saya untuk bisa melanjutkan studi saya di farmasi unair dapat terwujud. Walaupun banyak dari teman-teman saya yang menganggap program studi farmasi dengan sebelah mata. Kata mereka yang kuliah di farmasi hanya orang-orang yang menunggui apotek atau menurut mereka, lulusan farmasi nanti orang yang membuat jamu. Tapi saya yakin bahwa mereka hanya intermezzo. Tapi, saya juga ingin membuktikan bahwa lulusan farmasi juga bisa menjadi sukses di dunia luar sana. Menyamakan derajat dengan para ahli medis lainnya seperti dokter. Karena aku cinta farmasi, saya memilih program studi farmasi di universitas airlangga. Harapan saya di fakultas farmasi universitas airlangga, yaitu bisa menyelesaikan studi saya tepat waktu, dapat mengambil program profesi apoteker di fakultas farmasi universitas airlangga. Di luar nanti dapat mengamalkan ilmu yang seudah saya dapatkan di fakultas farmasi universitas airlangga. Dan kelak dapat berguna bagi saya dan orang lain di sekitar saya, amiin. I love pharmacy.
Juli 20, 2015 0 comments

Surabaya - Cikarang - Surabaya (lagi)

11 Juli 2015

Bosan rasanya mengerjakan tugas mepet deadline pengumpulan, tapi itu udah jadi agenda rutin setiap mendekati jadwal sidang. Rasanya kurang tertantang jika mengerjakan di jauh-jauh hari. Sempat terpikir juga apakah ada planner yang kegiatannya teragendakan tapi eksekusinya bisa saja ditunda-tunda, hmmm. Sebab seseorang yang tidak berencana maka dia sudah merencanakan untuk gagal (?). Kembali ke rutinitas menulis laporan. Laporan yang harus kukerjakan ada 2 yaitu laporan praktek kerja lapangan di industri farmasi (laporan 1) dan laporan makalah pengembangan produk (laporan 2). Laporan 1 sudah aku selesaikan saat PKL, tapi laporan 2 terhambat di bab 5 dari 11 bab yang harus dikerjakan. Jadilah laporan yang menumpuk di akhir L.

12 Juli 2015

Sama seperti rutinitas dihari sebelumnya, namun hari ini hanya mem-fix-kan laporan yang ada, hanya tinggal penambahan daftar pustaka dan beberapa lampiran. Tetap saja tidak terselesaikan, padahal tinggal sedikit. Iseng juga liat tiket kereta api untuk keberangkatan nanti malam, sebab keluarga di rumah berencana mudik melewati Tol Cikopo-Palimanan yang baru dibuka, niatnya kepengen ikut biar bisa ngerasain mudik lewat Tol baru. Ternyata tiket kereta api untuk keberangkatan nanti malam tersedia kereta Kertajaya dan Kertajaya leb jam 21.00 dan 22.00. Akhir kata pengerjaan laporan dikebut biar bisa pulang ke rumah nanti malam. Rencana jam 15.00 mau ke Jojoran buat ngeprint laporan, tapi keinget kalo hari minggu, pasti semua toko kebanyakan pada tutup. Rencananya juga mau pergi pake motor, tapi rencana itu gagal lantaran ga ada motor yang bisa dipinjem. Jam 15.30 pergi ke Jojoran naek lyn E bayar 5000. Beneran juga kalo tempat print-nya tutup, jadinya mampir deh ke kosan temen di depannya kampus buat pinjem motor nyari tempat print yang buka dan ke stasiun buat beli tiket pulang. Rencana pertama menyelesaikan semua laporan trus dijilid dan dititipin ke temen buat dikumpulin. Rencana kedua pulang, ke Surabaya nyampe Selasa dan langsung ngurusin pengumpulan laporan. Rencana pertama sebagai rencana awal aku perjuangkan, dengan mencari tempat print yang buka dan menggandakannya. Harus mengumpulkan 3 eksemplar untuk masing-masing laporan. Nemu juga tempat print yang buka di hari Minggu di bulan Ramadhan ketemu di Gubeng Airlangga III dan tempat fotokopi-an yang buka pas maghrib di Dharmawangsa, tapi bisa diambilnya setelah taraweh. Ke stasiun Gubeng buat beli tiket Kertajaya leb jam 22.00. Kembali ke kosan temen setelah urusan print laporan selesai.

Selesai taraweh

Jam 20.00 langsung ke tempat fotokopi-an buat ngambil laporan, tapi pas nyampe ditempatnya laporan belum diapa-apain, nunggu deh sampe laporan difotoko-in jam 20.30. Setelah selesai fotokopi langsung meluncur ke tempat jilid di fotokopi-an yang sama dengan temen yang dititipin buat ngumpulin laporan, biar bisa sekalian minta tolong nitip ambilin trus dikumpulin juga mhehehe. Jam 21.00 semua urusan yang berhubungan sama laporan sudah kelar. Minta anterin temen pulang sekaligus minta anter ke stasiun Pasar Turi. Perjalanan berangkat jam 22.00 dengan lancar dan sampe di stasiun Jatinegara jam 09.00.

13 Juli 2015

Stasiun Jatinegara jam 09.00 langsung melanjutkan perjalanan ke stasiun Bekasi naek KRL terus lanjut elf biru ke terminal Cikarang dan koasi K-17 nyampe depan rumah jam 11.30. Perjalanan mudik ke Madura jam 15.30.
 
;