26 Agustus 2010 – Pawahid – 051011047 – 15
Antipsikotika
Sekolah di perguruan tinggi negeri dengan program
studi farmasi, menjanjikan kita akan menjadi sebagai apoteker di masa depan.
Mungkin itu yang ada di sekelebat pemikiran orang-orang. Anggap saja itu
merupakan jaminan diawalnya, dan bahkan mungkin itupun akan bergeser seiring
dengan tergerusnya waktu kita belajar di fakultas farmasi maupun prodi farmasi
di setiap universitas yang menawarkan fakultas/prodi farmasi baik di tingkat
nasional maupun internasional.
5 tahun lagi, mungkin kita sudah bisa memegang
predikat sebagai apoteker. Dalam setiap kegiatan kefarmasiannya, seorang
apoteker dituntut untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Ada
pertanyaan, apakah harga obat harus mahal? Pertanyaan ini bisa dilihat dari
berbagai sisi sudut pandang. Pasti ada pro dan kontra yang selalu menghiasi
pertanyaan tersebut.
Kebanyakan orang jika ditanya dengan pertanyaan
tersebut, mungkin akan menjawab dengan jawaban yang intinya mereka mau obat
dengan harga yang murah. Dari sudut pertama, yaitu kontra. Harga obat tidak
mesti hadir dengan harga mahal. Sebabnya, mayoritas penduduk Indonesia yaitu
berpendapatan dengan kategori menengah ke bawah, seharusnya kita tidak perlu
membebani penderitaannya lagi. Dalam hal ini sudah ada obat generic yang
hargany bisa dibilang murah. Itu memang hak dari setiap warga Negara Indonesia
untuk mendapatkan obat generic, lebih khusus untuk warga Indonesia yang
berpendapatan menengah ke bawah bahkan minim pendapatan. Apabila mereka sakit,
mereka juga bisa mendaftar di askes agar mereka mempunyai jaminan kesehatan.
Mereka berhak meminta dan mendapat obat generic. Sebagai perbaikan mutu
kesehatan, pemerintah berhak melakukan program-program yang tidak menyusahkan
semua pihak termasuk rakyat kecil. Rakyat kecil yang sakit ataupun ingin
memeriksa kondisi tubuhnya, bisa mendapatkan potongan harga sesuai dengan
kondisi ekonomi yang ia alami. Dengan adanya harga obat yang bisa dibilang
harganya murah, dengan mudah rakyat yang membutuhkan dengan cepat
mendapatkannya.
Berbagai hal positif
dan negatif mungkin akan muncul seiring dengan berputarnya zaman ini.
Berbeda dengan kontra, mungkin sudut pandang yang pro dengan pertanyaan
tersebut adalah pelaku kesehatan. Sebagai refleksi contoh yang ada dan
berhubungan dengan pernyataan tentang yang pro terhadap pertanyaan tersebut
yaitu ada seorang pasien yang menjalani pengobatan di instansi swasta. Orang
tersebut, kita anggap menderita penyakit yang berbahaya yang mungkin tidak bisa
disembuhkan hanya dengan sekali tahap, butuh beberapa tahapan tindakan medis
untuk menyembuhkan orang tersebut. Mungkin perlu juga dengan
treatment-treatment yang harus dijalani agar penyakitnya tersebut sembuh total.
Dalam contoh di atas, bisa kita tarik beberapa kesimpulan yaitu beberapa orang
butuh pelayanan kesehatan ekstra untuk menunjang kesembuhannya.
Jika ditarik benang merah tersebut, yaitu strata di
kehidupan social, jenis penyakit yang membuat dia berbeda dengan orang lain.
Sisi pro yang berkaitan dengan pertanyaan awal yaitu obat dengan harga mahal.
Jika dicari suatu alas an mengapa harga obat mahal, yaitu bahan dasar yang
dipakai untuk membuat obat tersebut serta lama pengerjaan dan macam penyakit
yang diderita.
Wajar jika obat diberi harga mahal apabila keberadaannya
dibutuhkan. Kebanyakan orang yang membutuhkan obat yang ‘mahal’ yaitu
orang-orang yang memang pendapatannya tegolong menengah ke atas. Demi kesehatan
mereka bisa saja melakukan suatu apapun untuk mencapai keinginannya.
Dalam hal ini obat bisa menjadi sangat mahal, karena
biaya produksi, bahan dasar dan obat apakah itu, semua itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor yang mengikutinya. Hanya saja mungkin bisa lebih
dikontrol dan dikurangi untuk beberapa tujuan. Mungkin karena itulah harga obat
bisa melambung tinggi. Mungkin juga bisa dianggap wajar oleh beberapa
segelintir orang. Tergantung kita melihat dari sisi mana kita melihatnya. Semua
pasti aka nada nilai min dan max pada berbagai konsumen pengguna.
0 comments:
Posting Komentar